Pada kesempatan yang baik ini
saya ingin berbagi tentang bagaimana perjalanan tentang mendapatkan gelar
dokter. Ya, saya menceritakan perjalanan ini karena saya telah resmi
mendapatkan gelar Dokter (dr.). Jadi tulisan disini bukan tulisan mengada-ngada
tanpa bukti yang jelas.
Dulu, waktu kecil, orang tua saya
berpesan, “Jika kamu ditanyakan tentang cita-citamu, jawablah bahwa kamu ingin
menjadi seorang dokter!”, pesan kedua orang tuaku. Aku hanya mengangguk dan
berkata, “Baik mama dan papa!”. Selama sekolah di SD entah berapa ratus kali
aku menjawab bahwa cita-citaku adalah seorang dokter tanpa ada bayangan apa sih
hebatnya dokter? Kenapa harus dokter?
Kebetulan aku memang sudah di didik oleh ayahku sebagai sosok yang dituntut bekerja keras dan pantang menyerah. Ayahku kuakui sebagai seorang pekerja keras dan bertanggung jawab. Mungkin orang menganggapku ini penilaian subjektif tapi aku tak peduli. Ayah seorang pekerja keras dan sangat bertanggung jawab kepada keluarganya, ini objektif! Aku tak bisa merinci betapa banyaknya pengorbanan ia untuk anak-anaknya, berapa banyaknya tumpahan keringat yang mencucur dari tubuhnya. Aku yang melihat dari mata kepalaku sendiri! Akhirnya aku tertular semangat sebagai seorang pekerja keras walau hanya 1% dari semangat ayah.....hehehe
Ayah terus memotivasiku. Walau
waktu ayah tak banyak tetapi arahannya mengena. Langsung “JLEB!” secara
istilah. Lulus SD aku bertekad masuk ke SMP terbaik di provinsiku, SMP N 2
Bandar Lampung. Alhamdulillah tercapai. Lulus SMP akupun bertekad masuk ke SMA
terbaik di provinsiku; SMA N 2 Bandar Lampung. Dan karena nilai masuk SMA-ku
termasuk fantastis sehingga memenuhi syarat memasuki Seleksi Siswa Program
Akselerasi, ayah kembali mendorongku (walaupun sebenarnya saya males banget
karena takut kehilangan masa-masa muda..hehehe) dan Alhamdulillah saya diterima
di Program Akselerasi.
Selesai masa SMA, aku sebenarnya
tetap tidak memahami apa sih “hebatnya” seorang dokter. Kenapa harus dokter?
Kenapa? Let it flow...fikirku...Saya menerima pengarahan dari ayah dan ibu dan
Alhamdulillah saya tidak merasa ada keterpaksaan dan merasa “mampu”. Orang tua
pun Alhamdulillah mampu secara finansial. Untuk menjadi seorang dokter tidak
bisa dipungkiri harus memiliki kemapanan kemampuan berimbang anak dan orang
tua. Dua faktor yang saling berkait seperti rantai..
Oke berarti target saya selanjutnya
adalah FAKULTAS KEDOKTERAN dan ayah mengarahkan di FK terbaik di Provinsi ini. Lamaran melalui Jalur prestasi tidak lulus dan
pada akhirnya aku berjuang melalui jalur SPMB (waktu itu..). Seperti biasa
perjuangan itu gak selalu mudah. Waktu itu untuk lolos SPMB aku belajar dari
jam 7 pagi hingga jam 3 subuh. Begitu terus-menerus berulang disertai doa. Fikirku
masa itu,”masa’ sih Tuhan sedemikian gak luluh akan ikhtiarku? ”Ya! Jika
prosesnya baik maka hasilnya baik! Aku Lolos!! Diterima di FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG. Alhamdulillah.... berlanjut ke seri 2..
No comments:
Post a Comment