Sore ini aku duduk di taman rumah, memandangi langit-langit
yang mulai menggelap. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdengar syahdu di
telinga. Udara dingin merasuk ke tubuhku, maklum sekarang masih musim hujan dan
baru saja hujan mengguyur kelurahan Beringin Raya, Bandar Lampung. Jam di
Laptopku menunjukkan pukul 18.21 WIB dan disana tertera tanggal 12/02/2015.
Di kiri dan kananku masih saja terhampar beberapa buku-buku
cetak dan buku tulis milikku. Ya, walaupun baru saja diwisuda profesi dokter
dan telah diangkat sumpah dokter, aku masih terhubung dengan buku-buku.
Terpaksa? Ya, terpaksa. Karena apa? Tuntutan. Mau gak mau ya harus terus baca
dan belajar. Mengikuti update ilmu
pengetahuan? Terus terang tidak. Baca
saja.
Langsung masuk pada
inti dari judul tulisan ini, “Belajar, sampai kapan?”
Saya mencoba menjawab secara realistis, bukan secara puitis
bahwa belajar itu dilakukan sepanjang hayat. Saya menjawab bukan karena hal yang diajarkan guru-guru saya bahwa seorang
dokter adalah manusia pembelajar seumur hidup. Saya menjawab pertanyaan ini
berdasar ego pribadi saya, atas keputusan pribadi saya bahwa saya akan belajar hingga apa yang saya
cita-citakan tercapai. Saat ini cita-cita belum tercapai? Ya! Makanya saya masih
terus belajar..
No comments:
Post a Comment