Suatu sore di sebuah klinik di
sebuah kota kecil, seorang ibu berusia 45 tahun datang berobat.
“Begini dok, kepala saya ini
terasa sakiiit sekali. Saya memang mempunyai
darah tinggi. Nah, sepertinya ini sedang
kumat. Saya selalu punya feeling, kalau kepala saya tiba-tiba sakit,
pasti tensi darah saya sedang tinggi. Biasanya juga, kalau sedang tanggal tua,
seperti sekarang ini, tensi saya selalu tinggi dok. Sudah tanggal tua, anak-anak
di rumah bandelnya minta ampun, buat
emosi dok. Tambah tinggi tensi saya.”
“Oh iya bu, saya mengerti. Apa
ibu sudah minum obat?”
“Saya belum minum obat dok.”
Saat saya periksa, tensi darah
pasien 150/90. Lain-lain dalam batas normal.
“Obat darah tinggi yang biasa
diminum namanya apa bu? Minumnya setiap hari ?”
“Obatnya namanya dipin-dipin gitu dok, saya minum yang 10
mg. Saya nggak minum setiap hari, malas, juga saya takut dengan yang kimia-kimia gitu. Khan saya sering lihat iklan-iklan dikoran, iklan di radio, katanya
harus hati-hati minum obat kimia. Lebih baik minum obat herbal. Jadinya, sekarang
saya minum obat-obat herbal gitu dok,
kayak kapsul-kapsul isinya apaa gitu.
Ditambah racikan saya sendiri. Timun diperas. Kalau kira-kira kepala saya terasa
sakit betul, kadang-kadang saya baru minum dipin-dipin
yang 10 mg. Lagian kalau minum obat
terus, rasanya bosen juga,jenuh..”
“Oh, begitu ya bu. Saya paham dan
mengerti. Ibu tahu kalau obat darah tinggi harus diminum setiap hari? Sudah
dijelaskan dengan dokter sebelumnya?”
“Iya dok, saya sudah tahu.”
“Memang rasanya bosan dan jenuh
kalau harus minum obat setiap hari. Tetapi memang untuk darah tinggi, obat
harus diminum teratur setiap hari. Terus-terusan. Tujuannya apa? Supaya
tensinya bagus terus. Kalau tensinya bagus terus, ibu akan sehat terus, bisa
makan enak, bisa jalan kemana-mana, bisa kumpul keluarga, bisa membantu suami, anak-anak,
atau cucunya. Obatnya aman kok bu, sudah
diteliti. Itu bohong kalau obat darah tinggi sangat berbahaya. Beneran bu,
justru lebih berbahaya lagi kalau nggak minum
obat atau minum obat yang nggak jelas
kandungannya, juga sama berbahayanya minum obat yang nggak ada penelitiannya, nggak jelas keamanannya. Justru
orang-orang yang terkena komplikasi, justru yang nggak minum obat, justru yang minum obat aneh-aneh, minum obat yang
katanya bisa menyembuhkan segala macam penyakit termasuk hipertensi.”
Itulah penggalan dialog singkat
saya dengan seorang pasien hipertensi. Ada banyak hal yang perlu dikoreksi pada
yang menderita hipertensi. Keluarga sebagai motivator utama juga sebaiknya
membantu tugas dokter untuk keberhasilan terapi dan kualitas hidup yang baik.
Diantaranya:
1. Ikut
mengingatkan minum obat, sekaligus menyiapkan. Realnya: siapkan obat,siapkan minum dan alangkah baiknya kita juga ikut
memberikan obat.
2. Mengobrol
dan diskusi bersama, hal apa saja.
3. Jangan
membentak atau memarahi. Misal, ”Aduh! Kok malas minum obat sih! Apa gak mau sembuh!” dengan nada tinggi. Hindari pernyataan seperti
itu.
4. Menemani
kontrol ke dokter. Bertanya tentang hal-hal yang tak dipahami atau mitos
seputar penyakit tertentu.
5. Bersabar
dan terus mendoakan yang terbaik.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment