Tuesday, 29 November 2016

Nggak Rutin Minum Obat






Suatu sore di sebuah klinik di sebuah kota kecil, seorang ibu berusia 45 tahun datang berobat.

“Begini dok, kepala saya ini terasa sakiiit sekali. Saya memang mempunyai darah tinggi. Nah, sepertinya ini sedang kumat. Saya selalu punya feeling, kalau kepala saya tiba-tiba sakit, pasti tensi darah saya sedang tinggi. Biasanya juga, kalau sedang tanggal tua, seperti sekarang ini, tensi saya selalu tinggi dok. Sudah tanggal tua, anak-anak di rumah bandelnya minta ampun, buat emosi dok. Tambah tinggi tensi saya.”

“Oh iya bu, saya mengerti. Apa ibu sudah minum obat?”

“Saya belum minum obat dok.”

Saat saya periksa, tensi darah pasien 150/90. Lain-lain dalam batas normal.

“Obat darah tinggi yang biasa diminum namanya apa bu? Minumnya setiap hari ?”

“Obatnya namanya dipin-dipin gitu dok, saya minum yang 10 mg.  Saya nggak minum setiap hari, malas, juga saya takut dengan yang kimia-kimia gitu. Khan saya sering lihat iklan-iklan dikoran, iklan di radio, katanya harus hati-hati minum obat kimia. Lebih baik minum obat herbal. Jadinya, sekarang saya minum obat-obat herbal gitu dok, kayak kapsul-kapsul isinya apaa gitu. Ditambah racikan saya sendiri. Timun diperas. Kalau kira-kira kepala saya terasa sakit betul, kadang-kadang saya baru minum dipin-dipin yang 10 mg. Lagian kalau minum obat terus, rasanya bosen juga,jenuh..” 

“Oh, begitu ya bu. Saya paham dan mengerti. Ibu tahu kalau obat darah tinggi harus diminum setiap hari? Sudah dijelaskan dengan dokter sebelumnya?”

“Iya dok, saya sudah tahu.”

“Memang rasanya bosan dan jenuh kalau harus minum obat setiap hari. Tetapi memang untuk darah tinggi, obat harus diminum teratur setiap hari. Terus-terusan. Tujuannya apa? Supaya tensinya bagus terus. Kalau tensinya bagus terus, ibu akan sehat terus, bisa makan enak, bisa jalan kemana-mana, bisa kumpul keluarga, bisa membantu suami, anak-anak,  atau cucunya. Obatnya aman kok bu, sudah diteliti. Itu bohong kalau obat darah tinggi sangat berbahaya. Beneran bu, justru lebih berbahaya lagi kalau nggak minum obat atau minum obat yang nggak jelas kandungannya, juga sama berbahayanya minum obat yang nggak ada penelitiannya, nggak jelas keamanannya. Justru orang-orang yang terkena komplikasi, justru yang nggak minum obat, justru yang minum obat aneh-aneh, minum obat yang katanya bisa menyembuhkan segala macam penyakit termasuk hipertensi.”


Itulah penggalan dialog singkat saya dengan seorang pasien hipertensi. Ada banyak hal yang perlu dikoreksi pada yang menderita hipertensi. Keluarga sebagai motivator utama juga sebaiknya membantu tugas dokter untuk keberhasilan terapi dan kualitas hidup yang baik. Diantaranya:

1.       Ikut mengingatkan minum obat, sekaligus menyiapkan. Realnya: siapkan obat,siapkan minum dan alangkah baiknya kita juga ikut memberikan obat.
2.       Mengobrol dan diskusi bersama, hal apa saja.
3.       Jangan membentak atau memarahi.  Misal, ”Aduh! Kok malas minum obat sih! Apa gak mau sembuh!” dengan nada tinggi. Hindari pernyataan seperti itu.
4.       Menemani kontrol ke dokter. Bertanya tentang hal-hal yang tak dipahami atau mitos seputar penyakit tertentu.
5.       Bersabar dan terus mendoakan yang terbaik.

Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment